Pameran Diseminasi Penelitian Perubahan Iklim Digelar di Malang 

Malang, 25 Oktober 2024 – Pameran Diseminasi Penelitian KONEKSI 2024 diselenggarakan di Malang. Acara bertempat di Gedung A19 Lantai 3 dan mendapat dukungan penuh dari UPT Perpustakaan UM. Kepala UPT, Nurenzia Yannuar, Ph.D., menyatakan bahwa UM memberikan dukungan penuh untuk proyek penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Literasi UNNES. 

Mengusung judul “Inclusive Climate Adaptation: The Roles of Women’s Climate Change Advocacy Network”, acara diseminasi terdiri dari dua agenda utama, yaitu pameran dan talkshow. Acara dibuka oleh Direktur Kantor Hubungan Internasional UM, Evi Eliyanah, Ph.D., dengan menyampaikan pentingnya diseminasi hasil penelitian kepada masyarakat umum. Hal ini akan membuat hasil penelitian yang dilakukan oleh akademisi dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat dan memangkas jarak yang selama ini dianggap cukup lebar antara peneliti di perguruan tinggi dan masyarakat yang diteliti.

Seorang pengunjung membaca buku cerita “Pasukan Hijau”

Pameran ini merupakan bagian akhir dari proyek penelitian tentang adaptasi iklim yang dilakukan organisasi perempuan di Indonesia dan dibiayai oleh pemerintah Australia melalui program KONEKSI. Setelah dilaksanakan kurang lebih satu tahun, kajian menghasilkan berbagai output yang ditampilkan dalam pameran. Beberapa di antaranya adalah infografik dari implementasi metode FPAR, database berisi 200 organisasi perempuan di seluruh Indonesia, poster catatan kebijakan, produk edukatif berupa buku cerita anak dan ular tangga bertema iklim, karya lukisan anak-anak bertema iklim, serta foto-foto kegiatan. 

Hasil karya lukisan anak-anak SD, SMP, dan SMA bertema iklim

Dalam talkshow, selain berbagi mengenai proses dan hasil penelitian, Zulfa Sakhiyya, Ph.D. selaku kepala Pusat Kajian Literasi UNNES memaparkan kondisi literasi masyarakat secara umum di Indonesia. Data tentang kualitas literasi yang diberikan oleh pemerintah Indonesia relatif berbeda jika dibandingkan dengan hasil penelitian PISA OECD. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai ketidakseriusan pemerintah Indonesia dalam isu literasi. Literasi selama ini hanya dianggap sebagai sekadar kemampuan baca tulis padahal literasi juga merangkum keterampilan memecahkan dan analisis masalah. Sesi talkshow berlangsung interaktif dan menampung berbagai pertanyaan tentang penelitian dan literasi dari peserta.

 

Zulfa Shakiyya menjelaskan isu literasi dan gender

Melalui kegiatan diseminasi, Pusat Kajian Literasi konsisten berupaya untuk menjadi jembatan penghubung antara akademisi dan masyarakat dan menghapus anggapan bahwa universitas merupakan menara gading yang tidak peka dengan isu-isu yang ada di masyarakat. 

Share:

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn
On Key

Related Posts

en_USEnglish